Dunia dakwah hari ini tidak lagi terbatas pada mimbar dan majelis taklim. Teknologi telah membuka ruang baru bagi para dai, ustaz, dan praktisi dakwah untuk menjangkau jutaan umat melalui internet.
Namun di balik kemudahan itu, ada tantangan besar yang mengintai: kaburnya batas antara dakwah yang benar dan konten agama yang menyesatkan.
Hari ini, siapa pun bisa membuat akun dakwah. Tanpa background keilmuan yang jelas, tanpa rujukan yang kuat, bahkan tanpa niat yang murni.
Banyak konten agama viral yang mengandung kekeliruan fatal dalam penyampaian dalil, konteks, hingga penyimpulan hukum.
Kejar Follower atau Sampaikan Kebenaran?
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan praktisi dakwah sejati. Ketika dakwah berubah menjadi konten viral demi popularitas, maka nilai dakwah itu sendiri mulai tergerus.
Di media sosial, kebenaran bukan lagi soal dalil, tetapi soal jumlah views.
Oleh karena itu, dibutuhkan sumber dakwah yang kokoh dan bertanggung jawab.
Salah satu contohnya adalah berita sahih yang dikembangkan oleh Sahih.co. Mereka tidak hanya menyampaikan konten agama yang valid, tetapi juga menyajikannya dengan pendekatan moderat, reflektif, dan kontekstual.
Sahih.co, Menjawab Tantangan Dakwah Digital
Sahih.co hadir sebagai jawaban bagi umat Islam yang rindu pada informasi agama yang kredibel. Artikel-artikelnya membahas fikih, hadis, tafsir, hingga isu sosial-keagamaan dengan pendekatan keilmuan.
Tidak hanya menyajikan satu sudut pandang, tetapi memberikan gambaran menyeluruh lintas mazhab dan budaya.
Para praktisi dakwah bisa menjadikan Sahih.co sebagai referensi atau rujukan sebelum menyampaikan ceramah. Bahkan, banyak artikel di Sahih.co yang bisa dijadikan bahan khutbah, kajian, atau diskusi keagamaan di komunitas masjid.
Etika Berdakwah dalam Dunia Maya
Tantangan dakwah di dunia maya bukan hanya soal isi, tapi juga etika. Umat membutuhkan pencerahan, bukan provokasi. Mereka membutuhkan ilmu, bukan sekadar hiburan.
Maka, sebagai pendakwah, penting untuk menyebarkan hanya berita sahih—yakni informasi keislaman yang telah diverifikasi dan ditulis oleh orang-orang berilmu.
Di sinilah pentingnya mengarahkan publik ke media seperti berita sahih. Karena di tengah gelombang narasi ekstrem, hanya ilmu dan kebijaksanaan yang bisa menjaga akidah umat.
Tanggung Jawab Kolektif
Dakwah adalah amanah besar, bukan sekadar tren digital. Kita semua—baik sebagai dai, santri, guru, maupun pengguna media sosial—punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap informasi agama yang kita bagikan benar dan bermanfaat.
Sebelum membagikan konten dakwah, mari biasakan bertanya: Apakah ini sudah sahih? Siapa penulisnya? Apa rujukannya? Jika ragu, lebih baik arahkan saja ke situs berita sahih yang sudah terpercaya.
Dengan begitu, kita bukan hanya menyelamatkan diri dari dosa menyebarkan kesalahan, tapi juga menjaga kemurnian dakwah Islam di era digital yang semakin liar.
Tinggalkan komentar